Last updated on Maret 22, 2020
Fonik atau fonetik dalam bahasa Indonesia jarang terdengar diajarkan secara khusus kepada anak-anak ketika bersekolah. Walaupun demikian, sudah ada sekolah yang mengembangkan CBI-Fonik (Cerdas Berbahasa Indonesia Fonik) di beberapa TK (Taman Kanak-Kanak) di Indonesia. Di Amerika dan Inggris, fonik menjadi pondasi seorang anak untuk mengeja dan membaca. Fonik bagi anak-anak dengan gangguan pendengaran tentu menjadi sebuah hal yang cukup sulit diajarkan karena mereka memiliki keterbatasan dan keterlambatan dalam pendengaran. Oleh karena itu, mengenal fonik bahasa Indonesia harus dilakukan perlahan-lahan, dalam permainan dan tanpa paksaan.
Apa Fonik itu?
Fonik merupakan bunyi dari huruf. Setiap huruf alfabet yang berjumlah 26 itu sebenarnya memiliki bunyi yang khusus. Jika huruf vokal (a, i, u, e, o) akan mengeluarkan bunyi secara keras, namun huruf konsonan akan keluar tanpa bunyi atau setidaknya bunyi nya hampir berbisik. Dengan memahami fonik, maka anak akan lebih mudah membunyikan huruf kemudian menyambungnya dengan huruf lain. Anak lebih mudah diajari membaca. Selain itu, bila anak mampu mengimitasi dan membedakan segmental dari bunyi fonik, artinya anak berada pada tahap ketiga dalam mendengar yakni tahap identifikasi bunyi. Mengenal Fonik Bahasa Indonesia dapat membantu orang tua untuk memastikan anak telah mendengar seluruh frekuensi bunyi alfabet, lebih tepatnya suara percakapan manusia.
Mengenal Fonik Bahasa Indonesia Dengan Bernyanyi
Tentu Ayah dan Bunda sudah familier dengan bunyi vokal (a, i, u, e, o) tentu. Tapi bagaimana dengan bunyi konsonan yang dibunyikan tanpa diikuti vokal ? Nah, Ayah dan Bunda dapat belajar mengenal bunyi fonik bahasa Indonesia melalui lagu. Lagu terbaik yang dapat ditemukan menurut kami adalah lagu dari Link Study berjudul Tips Mengajarkan Membaca Melalui Lagu Fonetik Bahasa Indonesia. Yuk kita dengarkan lagu ini.
Pada lagu di atas, terdapat banyak gambar huruf dan benda sebagai contoh fonik Indonesia. Ayah dan Bunda dapat membuat buku fonik untuk mengajari anak membunyikan fonik huruf dalam bahasa Indonesia. Jika kesulitan, Ayah dan Bunda dapat mengunduh file yang kami sediakan. Kami buatkan dokumen siap cetak dengan ukuran kertas F4 (210 mm x330 mm). Ayah dan Bunda dapat memotongnya menjadi dua, kemudian menyisipkan dalam binder menjadi sebuah buku fonik. Gambar fonik dalam dokumen dibuat sesuai lagu di atas, sehingga terdapat konsistensi pengajaran antara video dengan aktivitas membaca buku fonik.
Unduh buku fonik lagu di sini.
Bernyanyi fonik Bahasa Indonesia dapat dilakukan di mana saja. Di dalam rumah, di dalam mobil, di taman, di pantai, dll. Sambil bernyanyi, anak dikenalkan simbol huruf dan benda yang diawali huruf tersebut. Mudah kan? Tujuan dari kegiatan ini adalah anak meningkatkan perhatiannya pada bunyi fonik atau phonic awareness. Sambil bernyanyi (auditori) dan membaca gambar dan simbol huruf (visual), dapat pula disertai dengan seolah-olah menulis huruf pada buku fonik (taktil) menggunakan jari telunjuk.
Mengenalkan Fonik Sebaiknya Mengikuti Tahapan Perkembangan Bicara
Artikulasi seorang anak tidak serta-merta dapat berfungsi sempurna setelah menggunakan alat bantu dengar atau implan koklea. Semua membutuhkan proses dan waktu. Dalam mengenalkan bunyi fonik, saya pikir kita harus memperhatikan Tahapan Perkembangan Bicara berdasarkan usia. Informasinya dapat dilihat pada tabel website Mommy Speech Therapy. Jika diurutkan, maka tahapan nya yaitu : a, i, u, e, o, p, b, m, h, w, y, d, n, t, k, g, ng, f, v, ch, j, l, r, s, z, s blend, sh, th.
Misalkan saat ini Alkha yang berusia 4 tahun dengan usia mendengar 2,5 tahun dan usia CI 16 bulan juga belum mampu mengucap huruf t, k, g dst. Namun kami terus mengenalkan fonik kepada Alkha untuk memastikan bahwa implan koklea nya berfungsi dengan baik. Misalnya, Alkha telah mampu membedakan dua bunyi fonik yang mirip (b dan d) setelah menghafalkan simbol alfabet beserta fonik nya melalui permainan.
Mengenal Fonik Bahasa Indonesia untuk Berlatih Artikulasi
Di dalam website mommy speech therapy, terdapat tujuh tahapan mengajari anak lancar artikulasi. Tahap pertama, anak diajari mengeluarkan suara terisolasi, yaitu bunyi fonik itu sendiri. Tahap kedua ialah silabel (suku kata). Ketiga ialah mengeluarkan bunyi dalam kata, tahap ke empat dalam kalimat, ke lima dalam cerita, tahap ke enam dalam percakapan. Dan terakhir; tahap ke tujuh dalam generalisasi.
Tahap isolasi bunyi dilakukan dengan cara mengucapkan bunyi tanpa menambahkan vokal. Misalnya, jika kita sedang melatih bunyi /t/, maka kita harus mengucap /t/, /t/, /t/ berkali-kali. Semakin akurat pengulangannya, maka semakin bagus hasilnya. Setidaknya anak mampu mengulang tanpa kesalahan sebanyak 10 kali. Jika sudah cukup baik, maka kita bisa lanjut ke tahap dua, suku kata.
“Practicing a sound in isolation means saying the sound all by itself without adding a vowel. For example, if you are practicing the /t/ sound you would practice saying /t/, /t/, /t/ multiple times in a row. The more accurate repetitions you are able to get your child to produce the better. I am satisfied with 10 accurate repetitions in a row. When you are satisfied they can say the sound in isolation you are ready to move on to syllables.”
Sumber: http://mommyspeechtherapy.com/?p=687
Bagaimana Jika Anak Dengan Gangguan Pendengaran Belum Mampu Imitasi Fonik?
Jika anak belum mampu memproduksi bunyi huruf, maka terdapat beberapa kemungkinan, (1) anak belum mampu mendengar frekuensi bunyi huruf tersebut, (2) anak mampu mendengar, tetapi belum mampu memproduksi bunyi huruf.
Untuk mengetahui salah satu dari dua kemungkinan di atas, Ayah dan Bunda dapat melakukan FFT atau BOA di Hearing Center. Hasil FFT atau BOA dapat digunakan sebagai bahan konsultasi bersama Terapis AVT. (1) Jika anak belum mampu mendengar frekuensi bunyi huruf, artinya bisa jadi gangguan pendengaran anak cukup berat, bisa juga alat bantu dengar nya kurang kuat atau kurang jernih, bisa jadi hearing acoustician belum pas dalam fitting ABD. Semua harus Ayah dan Bunda teliti satu persatu bersama Terapis dan Audiolog. (2) Jika anak mendengar tetapi belum mampu memproduksi bunyi huruf, maka Ayah dan Bunda dapat juga melakukan metode drill terutama pada artikulasi yang belum bagus menyesuaikan tahapan perkembangannya. Pada titik ini, kami sarankan Ayah dan Bunda berkonsultasi dengan Praktisi AVT, apakah dibutuhkan terapi jenis lainnya.
Kesimpulan:
Tulisan ini berusaha memberi gambaran dalam mengenalkan fonik bahasa Indonesia melalui bernyanyi, mengenalkan simbol huruf, sekaligus mengenalkan identifikasi fonik melalui pendengaran. Walaupun demikian, kemampuan anak dengan gangguan pendengaran untuk mendengar itu berbeda antara satu dengan anak lainnya tergantung banyak hal yang mempengaruhi. Metode ini bukan merupakan materi yang komprehensif sehingga Ayah dan Bunda sebaiknya berkonsultasi dengan Terapis AVT mengenai perkembangan bahasa anak. Kami hanya berharap untuk membuka wawasan orang tua bahwa banyak metode belajar yang dapat diadopsi sebagai media alternatif cara terapi AVT di rumah.
Sumber:
http://linkstudycenter.com
Parents Guide Magazine, Juni 2009 dalam lilyardas.wordpress.com /2012/03/13/ metode-fonik/
http://mommyspeechtherapy.com /?p=687 Berjudul The Process of Articulation Therapy
http://journal2.um.ac.id/ index.php/JSPsi/article/ view/590 berjudul Metode Jolly Phonics Sebagai Alternatif Stimulasi Kesiapan Membaca Anak Usia Dini