Press "Enter" to skip to content

Menggunakan Cochlear Mini Mic di Sekolah

Last updated on Desember 24, 2019

Papa Alkha menulis artikel ini dengan suasana hati gembira. Terimakasih kepada Guru Kelas TK AT Birrul Walidain yang bersedia mendidik Alkha dengan kasih sayang, dan Cochlear yang telah menciptakan Assistive Listening Devices dengan nama Mini Mic 2+.

Jika saat ini Ayah dan Bunda berencana mencari produk implan koklea, kami menyarankan untuk sekaligus membeli Assistive Listening Devices jenis FM System agar dapat digunakan ketika anak bersekolah. Alkhalifi, seorang siswa PAUD sekaligus pengguna Cochlear Nucleus 6 telah menggunakan Mini Mic di lingkungan sekolah.

Apa itu Cochlear Mini-Microphone ? Cochlear Mini-Mic adalah perangkat nirkabel yang dapat digunakan pengguna Cochlear Nucleus 6, Kanso, dan Nucleus 7 agar dapat mendengar langsung suara orang yang membawa transmitter dari jarak jauh. Mini Mic berfungsi sama seperti FM System, namun dirancang khusus untuk pengguna implan koklea merk Cochlear.

Menggunakan Cochlear Mini Mic di Sekolah
Seorang Anak Mendengar Suara Guru Walau Dari Jarak Yang Cukup Jauh Melalui Penggunaan Cochlear Mini Mic

Penggunaan FM System di lingkungan sekolah bukanlah diskusi yang baru dalam intervensi anak dengan gangguan pendengaran. Beberapa kali mengikuti seminar yang diadakan beberapa Hearing Center pun tidak lepas dari dorongan kepada orangtua untuk menyediakan perangkat tambahan ini.

Membandingkan FM System dengan Mini Mic

Jika Ayah dan Bunda masih belum cukup jelas mengenai perbedaan FM System dengan Mini Mic, maka mari kita coba cermati perbedaan diantara keduanya melalui kelebihan dan kekurangan nya.

Kelebihan dan Kekurangan FM System

  1. FM System dapat digunakan pada beberapa merk alat pendengaran, baik alat bantu dengar maupun implan koklea. Selama ABD dan CI memiliki konektor untuk dipasang penerima (reciever), maka ABD dan CI akan mendapatkan manfaat dari peralatan tambahan ini.
  2. Sebuah FM System dapat terkoneksi pada beberapa alat pendengaran sekaligus. Hal ini akan memudahkan guru ketika mendidik beberapa anak yang menggunakan ABD dan CI dengan hanya satu FM System saja.
  3. Kekayaan fiitur dari FM System itulah yang menyebabkan harga nya berkisar antara 15-40 juta rupiah.
  4. Di Australia, FM System menjadi peralatan yang disediakan oleh sekolah yang mendidik murid tunarungu secara gratis melalui pendanaan dari Australian Hearing. Hal ini meringankan beban orangtua ketika menyekolahkan anak di sekolah umum (mainstream school). Sayang nya, di Indonesia peralatan ini harus disediakan sendiri oleh orangtua.

Kelebihan dan Kekurangan Mini Microphone

  1. Mini-Mic adalah perangkat tambahan yang hanya dapat digunakan pengguna Cochlear Nucleus 6, Kanso, dan Cochlear Nucleus 7.
  2. Mini Mic hanya dapat terkoneksi dengan 2 alat pendengaran sekaligus. Seorang anak yang menggunakan 2 implan koklea dapat terhubung pada saat yang sama antara telinga kanan dengan telinga kiri. Pada anak bimodal, implan koklea dapat terhubung dengan alat bantu dengar merk ReSound karena adanya jalinan kerjasama antara Cochlear dengan perusahaan alat bantu dengar Resound.
  3. Mini Mic memiliki harga sekitar 6-8 juta rupiah. Harga ini sangat terjangkau dibandingkan dengan FM System.
  4. Sekolah umum yang menerima anak dengan gangguan pendengaran masih tersebar di banyak sekolah. Misalnya Alkhalifi merupakan satu-satunya anak dengan gangguan pendengaran yang bersekolah di sekolah umum tersebut. Fungsi FM System yang dapat digunakan bersama-sama menjadi kurang bermanfaat.
Menggunakan Cochlear Mini Mic di Kelas
Aksesoris Peralatan Mendengar
Cochlear Mini Microphone 2+

Orangtua Belajar Mengoperasikan Mini Mic (FM System)

Orangtua adalah advokat anak berkebutuhan khusus. Sebagai seorang penjaga dan penyambung kebutuhan anak kepada orang lain, maka orangtua diharapkan lebih memahami peralatan pendengaran anak daripada orang lain. Pada artikel lain, kita telah berusaha memahami cara penanganan perangkat eksternal Cochlear Nucleus 6. Sekarang orang tua diharapkan belajar tentang Cochlear Mini Microphone. Beberapa yang perlu kita pahami dari perangkat aksesoris tambahan ini adalah:

  1. Cara memasang Mini Mic di pakaian
  2. Cara menghidupkan dan mematikan Mini Mic
  3. Cara menyambungkan Mini Mic dengan Sound Processor Cochlear
  4. Cara menggunakan mode mute atau senyap
  5. Cara melakukan pengisian baterai dan melihat sisa daya baterai.
  6. Mengetahui jarak maksimal antara transmitter dengan Sound Processor.

1. Cara Memasang Mini Mic di Pakaian

Cochlear Mini Mic telah dirancang dengan sangat baik. Orangtua di rumah atau pengajar di sekolah dapat mengenakan Mini Mic tanpa khawatir alat tersebut terjatuh. Kami menyarankan agar Mini Mic dipakai dengan menggunakan dua pengaman, yakni capit dan tali gantungan pada leher. Pada pengajar yang mengunakan kerudung, capit mini mic dapat dikenakan pada kerudung nya. Jarak terbaik antara mulut dengan Mini Mic ialah sehasta, atau sekitar 20 cm, atau sepanjang tali gantungan ketika digunakan.

2. Cara Menghidupkan dan Mematikan Mini Mic

Untuk menghidupkan Cochlear Mini Mic, orangtua dapat menekan tombol power selama 3 detik. Maka lampu Mini Mic akan berkedip dengan warna hijau dan siap untuk disambungkan atau pairing.

Untuk mematikan Cochlear Mini Mic, orangtua dapat menekan tombol power selama 3 detik sehingga kedipan lampu menjadi mati.

3. Cara menyambungkan Mini Mic dengan Sound Processor Cochlear

Untuk menyambungkan Mini Mic dengan Sound Processor, kita dapat menggunakan remote bawaan Nucleus 6, yakni CR230 Remote Assistant. Setelah Remote dinyalakan, maka kita bisa menekan tombol sebelah samping kiri atas selama 3 detik hingga muncul simbol MM (artinya Mini Mic). Menekan dengan cepat akan membuat sound processor berusaha menyambung ke sistemTelecoil dengan simbol T. Jika mode T terlanjur dipilih, maka orangtua dapat menekan kembali tombol yang sama selama 3 detik hingga muncul simbol MM.

4. Cara menggunakan mode mute atau senyap

Mini Mic 2+ telah mendapat pembaharuan dengan ditambahkannya tombol mute. Hal ini akan bermanfaat ketika pengajar sedang berada di ruang kantor guru. Mini Mic dapat berhenti mengirimkan suara guru yang sedang melakukan pembicaraan privat dengan kolega. Jika tombol mute ini diaktifkan, maka lampu di antara tombol volume up dan down akan menyala oranye dan berkedip.

5. Cara melakukan pengisian baterai dan melihat sisa daya baterai

Untuk mengisi baterai, orangtua dapat menggunakan charger yang telah disediakan Cochlear untuk mengisi baterai Mini Mic. Kita dapat melakukan pengisian daya selama 2-3 jam, atau hingga lampu berhenti menyala.

Untuk melihat sisa saya baterai, pertama, kita hidupkan terlebih dahulu Mini Mic. Setelah itu, tekan selama 5 detik tombol panjang yang berada pada bagian bawah ujung capit Mini Mic. Jumlah lampu yang menyala menandakan sisa baterai yang masih ada. Jika 1 lampu menyala, maka sisa baterai ialah 25%. Jika 2 lampu menyala, maka sisa baterai adalah 50%. Jika 3 lampu menyala, maka sisa baterai 75%. Jika 4 lampu menyala, maka baterai masih terisi penuh.

6. Mengetahui jarak maksimal antara transmitter dengan Sound Processor

Untuk melakukan pengujian jarak antara transmitter dengan sound processor, maka orangtua dapat mencoba trik kami berikut. Minta anak untuk mengangkat tangan jika mendengar perintah dari orangtua. Orangtua mencari jalan yang cukup sepi dan mundur perlahan. Sesekali, berikan perintah untuk mengangkat tangan jika anak mendengar perintah tersebut.

Mini Mic dapat terus terhubung ketika sound processor dengan Mini Mic berada pada jarak maksimal 22 meter dan tanpa hambatan. Hambatan yang dimaksud ialah tubuh pengajar yang membelakangi Mini Mic, dinding kelas, maupun tubuh anak-anak lain.

Mengenalkan Mini Mic (FM System) di Lingkungan Rumah

Mengenalkan Mini Mic agar anak secara sukarela bersedia memberikan kesempatan kepada pengajar menggunakan nya di kelas ternyata cukup mudah. Cara pengenalan kepada anak terbaik ialah dengan menerapkan nya ke dalam rutinitas harian. Beberapa ide rutinitas yang dapat kami berikan ialah:

  1. Menggunakan Mini-Mic ketika sholat berjamaah di rumah.
  2. Melantunkan surat pendek agar didengar anak setelah sholat.

Beberapa orangtua lain menggunakan Mini Mic di rumah agar target bahasa anak dapat tercapai. Misalnya, ketika Bunda sedang memasak, maka anda dapat menceritakan apa saja yang sedang dilakukan. “Mama sedang mengiris wortel menggunakan pisau. Pisaunya tajam”. Hal ini termasuk dalam Strategi AVT Self Talk. Nah, Ayah dan Bunda dapat menuliskan ide tentang rutinitas lain dalam rangka pembiasaan Mini Mic atau FM System di rumah pada kolom komentar di bawah ya….. 🙂

Beberapa tips dari kami dalam pengenalan Mini Mic di rumah ialah:

  1. Pada tahap awal, selalu minta ijin kepada anak ketika akan menggunakan Mini Mic. Perlihatkan pada nya bahwa Mama atau Papa akan menggunakan Mini Mic.
  2. Pada tahap menengah, gunakan Mini Mic secara rutin bersama anak. Terkadang harus ada sedikit pemaksaan ketika anak berusaha mengubah rutinitas yang telah ada.
  3. Pada tahap lanjut, berikan pemahaman kepada anak bahwa nantinya Mini Mic tersebut akan digunakan oleh Bu Guru di kelas.

Setiap kami memberi informasi bahwa kami akan melakukan tahapan baru, Alkha selalu menolak. Kita harus menyadari bahwa melatih kebiasaan baru adalah hal yang sulit dilakukan. Oleh karena itu, kesabaran untuk berkomunikasi dengan baik kepada anak dan konsistensi terhadap rutinitas yang dipilih sangat penting.

Mengenalkan Mini Mic (FM System) di Sekolah

Setelah menjadikan penggunaan Mini Mic di rumah sebagai rutinitas, maka kita dapat mengenalkan Mini Mic kepada guru kelas. Saat ini, Guru Kelas Alkha baru kami kenalkan dengan Mini Mic setelah bersekolah selama tiga bulan. Jangka waktu itu menurut kami terlalu lama. Padahal sebulan sejak Alkha bersekolah, kami sudah menyampaikan keberadaan FM System tersebut kepada Guru Kelas dan beliau menyatakan kesediaannya untuk mencoba teknologi tersebut.

Membuat Buku Permohonan Penggunaan Mini Mic

Selama tiga bulan kami berlatih mengoperasikan Mini Mic. Banyak pertanyaan kami ajukan kepada Hearing Acoustician Kasoem Hearing Center tentang cara kerja Mini Mic ini. Akhirnya terbesit ide untuk menuangkan cara kerja sederhana dari Mini Mic ini ke dalam buku informasi khusus untuk Guru Kelas. Penjabaran yang rumit tidak kami sertakan ke dalam buku tersebut. Kami memilih posisi win-win dengan tidak membebani guru kelas untuk menyambungkan Mini Mic dengan Sound Processor. Sehingga setiap pagi, kami yang melakukan setting pada Assistive Listening Devices tersebut untuk dapat digunakan selama enam jam durasi sekolah.

Sebelum kami memberikan informasi tentang Mini Mic, kami merancang sebuah buku cerita singkat yang berisi tentang masa kecil Alkha sejak diketahui memiliki gangguan pendengaran hingga akhirnya bersekolah di Birrul Walidain. Buku cerita tersebut bermaksud untuk memohon guru kelas agar bersedia menggunakan mini-mic selama kegiatan belajar-mengajar.

Kami berpikir bahwa penggunaan media buku akan memudahkan Guru Kelas untuk menerima informasi daripada kami membicarakan hal teknis tersebut secara verbal. Sebuah buku dapat dibuka sewaktu-waktu. Apabila Guru Kelas mendapat pertanyaan tentang Alkhalifi dari pengajar lain maka Guru Kelas pun dapat menjelaskan dengan baik. Ayah dan Bunda dapat menghubungi kami jika tertarik dengan buku permohonan yang dibuat untuk sekolah Alkha.

Bagaimana Penerimaan Pengajar terhadap Alkha di Kelas?

Bu Rifa dan Bu Zai sebagai guru kelas di TK IT Birrul Walidain Kudus memberikan tanggapan yang sangat baik. Dua hari setelah penggunaan Mini Mic, Bu Guru memberikan testimoni verbal yang makin menumbuhkan ekspektasi kami pada pilihan pendidikan umum bagi Alkhalifi. Bu Guru sangat senang dengan perkembangan Alkha. Pada waktu yang singkat, Alkha terlihat lebih mampu mendengar di dalam kelas. Hal ini merupakan keberkahan bagi kami. Terimakasih kepada Guru Kelas Birrul Walidain atas dukungan nya kepada anak kami.

Sumber Artikel :

Sumber Gambar :

https://hearandnow.cochlearamericas.com

Pos Sebelumnya
Pos Berikutnya

Tinggalkan Balasan