Dampak gangguan pendengaran dan solusinya di kelas belum banyak dibahas secara komprehensif di banyak lingkungan pendidikan. Adanya ketidakseimbangan informasi antara pengetahuan orangtua, kebutuhan penanganan secara medis, dan kebutuhan penanganan pendidikan membuat anak yang memiliki gangguan pendengaran menjadi terlambat diintervensi. Seringkali, orangtua merasa anak tidak memiliki gangguan pendengaran manakala derajat nya masih ringan dan sedang. Padahal dampak yang ditimbulkan dengan ketiadaan alat bantu dengar dalam keseharian akan menyebabkan anak kelelahan untuk mendengarkan materi guru di sekolah sehingga anak terlihat tidak bersemangat, tak acuh, dan tertinggal dari teman sekelas.
Jika anak-anak tunarungu berat dan profound hearing loss sangat terlihat berbeda dalam penguasaan bahasa pada 1 tahun pertama kehidupan, maka anak-anak dengan gangguan pendengaran ringan dan sedang “terlihat” memiliki perkembangan bahasa. Sangat wajar karena sebagian bahasa ujaran mampu didengarkan anak walaupun tidak sempurna tergantung konfigurasi frekuensi gangguan pendengaran nya.
Pentingnya Akses Mendengar bagi Anak Tunarungu
Anak-anak dengan gangguan pendengaran sangat-ringan dan gangguan pendengaran ringan tetap membutuhkan alat bantu dengar untuk membantunya mencapai speech string bean. Penggunaan alat bantu dengar akan memampukan anak mendengar suara berbisik sehingga sangat membantunya menyamai anak seusia yang-suka-berbisik ketika berbicara. Anak-anak dengan gangguan pendengaran sedang, berat dan sangat-berat tetap harus optimis dengan penggunaan alat bantu dengar. Setidaknya anak harus mampu mencapai speech banana sehingga mayoritas bunyi huruf bernada tinggi dapat didengar dan dipelajari untuk diujarkan, misalnya /s/, /f/, /sh/, /ch/. Orangtua harus meyakini bahwa kebanyakan tunarungu sebenarnya memiliki sisa pendengaran yang cukup bagus.
Penggunaan alat bantu dengar digital yang memiliki fitur pengolahan suara (frequency compression) dan pengabai suara bising (noise reduction) dapat kita coba berikan untuk digunakan anak dengan gangguan pendengaran berat dan gangguan pendengaran sangat-berat. Penggunaan ABD yang canggih akan memberikan kesempatan kepada anak pengalaman mendengar dan kerjenihan bahasa verbal. Artikel terjemahan ini tidak cukup memberikan dukungan positif terhadap anak dengan gangguan pendengaran berat dan sangat-berat dapat berbicara verbal dengan baik dan lancar. Tetapi memberikan informasi secara objektif tentang dampak dan solusi akomodasi pendidikan kepada orangtua dan guru dalam membersamai anak dengan gangguan pendengaran.
Orangtua yang punya banyak keponakan dan Guru yang memiliki banyak siswa didik, memiliki banyak kesempatan untuk membandingkan kemampuan bahasa antara satu anak dengan yang lain. Jika orangtua dari si anak termasuk sebagai keluarga yang kurang mendapatkan informasi tentang akibat anak dengan gangguan pendengaran bersekolah di sekolah umum tanpa menggunakan alat bantu dengar, maka SEKARANG adalah saat yang tepat untuk memberikan informasi ini. Semoga terjemahan artikel ini cukup mudah dipahami dan bermanfaat.
Dampak Gangguan Pendengaran Sangat Ringan dan Solusinya di Kelas (16-25 dB)
Dampak Gangguan Pendengaran Sangat-Ringan dalam Memahami Bahasa dan Ujaran
Tingkat kesulitan mendengar seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran ringan (16-25 dB) dapat kita ibaratkan seperti seseorang dengan pendengaran baik kemudian menutupi kanal telinga dengan jari telunjuk. Anak tersebut akan mengalami kesulitan mendengar pada jarak yang jauh. Pada anak dengan gangguan pendengaran 16 dB, dia akan kehilangan sekitar 10% bunyi ujaran ketika seorang guru berbicara dari jarak lebih dari 1 meter. Pada gangguan pendengaran 20 dB atau lebih, maka akan menyebabkan ujaran dengan ujung /s/ dan /ed/ tidak terdengar jelas. Anak akan kesulitan untuk konsisten dalam mengucap, atau terdistorsi pada bunyi huruf yang tanpa bernafas (unemphasized sounds). Contoh: b*a*nan*a*, vit*a*min, it*e*m.
Persentase bunyi ujaran yang hilang akan semakin besar ketika terdapat suasana bising (background noise) di dalam kelas. Terutama pada sekolah dasar yang instruksi utama guru kepada murid menggunakan bahasa verbal. Anak yang lebih muda memiliki kesulitan yang lebih besar untuk mendengar dalam suasana bising. Anak kecil memiliki kecenderungan untuk melihat dan meniru gerakan dari siswa lain daripada arahan dari guru yang terpecah secara auditori dengan suasana bising nya.
Dampak Gangguan Pendengaran Sangat-Ringan dalam Aktivitas Sosial
Ketika anak tidak peka terhadap percakapan berbisik atau halus, maka orang lain dapat melihat nya sebagai ketidaksopanan. Misalnya, anak senang berteriak ketika ada rapat wali murid. Anak kemungkinan akan kesulitan untuk ikutserta dalam interaksi kelompok yang bergerak cepat sehingga mulai berdampak pada kemampuan sosialisasi dan konsep diri. Bagi guru yang belum memahami siswa ini; perilaku nya mungkin membingungkan guru, apakah anak masih belum dewasa atau karena kurangnya perhatian. Anak juga akan mengalami kelelahan karena membutuhkan tenaga ekstra dalam memahami percakapan.
Akomodasi Pendidikan yang Dibutuhkan Anak Gangguan Pendengaran Sangat-Ringan di Sekolah
Suasana bising dalam ruang kelas standar akan menghalangi anak mendapatkan akses penuh untuk mendengar instruksi Guru. Peningkatan ruangan pada sisi akustik akan meningkatkan kemampuan mendengar anak. Ruangan kelas juga perlu dirancang agar anak mendapatkan tempat duduk yang menguntungkan.
Anak kemungkinan akan mengalami kesulitan dengan mengasosiasi simbol huruf dengan bunyi huruf (fonik) yang sangat dibutuhkan untuk persiapan membaca. Guru perlu memperhatikan kosakata dan kemampuan berbicara anak, terutama jika anak pernah mengalami penumpukan cairan pada telinga tengah nya atau dikenal sebagai Otitis Media Efusi (OME). Penanganan medis yang tepat sangat diperlukan jika anak mengalami tuli konduktif saja.
Anak mungkin membutuhkan alat bantu dengar untuk gangguan pendengaran ringan dan FM System. Guru perlu mempelajari dampak “minimal” dari gangguan pendengaran ringan (16 – 25 dB) pada perkembangan bahasa anak, kemampuan mendengar dan memperhatikan di ruang kelas.
Materi ini dapat diunduh: versi asli dalam bahasa Inggris
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan dan Solusinya di Kelas (26-40 dB)
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan dalam Memahami Bahasa dan Ujaran
Tingkat kesulitan mendengar seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran ringan (sekitar 20 dB) dapat dibandingkan dengan seseorang dengan pendengaran baik kemudian menutupi kanal telinga dengan jari telunjuk. Gangguan pendengaran 26-40 dB dapat menyebabkan kesulitan mendengar yang lebih parah daripada telinga tersumbat (pluged ear loss).
Pada gangguan dengar ringan (26-40 dB), anak tetap mampu “mendengar”. Tetapi anak kehilangan fragmen dari bahasa yang berujung pada salah menangkap makna kalimat sehingga pemahaman nya keliru. Anak akan mengalami kesulitan mendengar di dalam kelas. Tingkat kesulitan tergantung dari tingkat kebisingan suasana kelas, jarak antara anak dengan guru, dan jenis gangguan dengar nya. Anak yang telah menggunakan ABD masih memiliki kesulitan yang sama.
Gangguan pendengaran 30 dB akan menyebabkan bunyi ujaran menghilang 25-40% (kosakata bahasa Inggris). Gangguan pendengaran 40 dB akan menyebabkan anak hanya mampu mendengar 50% ketika berada didalam kelompok diskusi. Terutama ketika suara pembicara nya lemah atau orang yang berbicara tidak searah dengan pandangan mata.
Anak dapat kehilangan kata yang memiliki bunyi huruf tanpa bernafas (unemphasized sounds) dan bunyi konsonan. Terutama ketika gangguan pendengaran nya terjadi pada frekuensi tinggi. Oleh karena itu, anak cenderung mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan membaca usia dini, seperti menghubungkan bunyi huruf (fonik) dengan simbol. Kemampuan anak untuk memahami di kelas semakin berkurang karena jarak guru dengan siswa tersebut dan suasana bising. Terutama di kelas dasar (PAUD, TK, SD).
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan dalam Aktivitas Sosial
Hambatan sosial mulai muncul dan berdampak pada kepercayadirian anak ketika anak dituduh sebagai “anak yang mau mendengar ketika mau saja”, “anak yang suka melamun”, atau “anak yang tidak mau memperhatikan”. Anak mulai meyakini bahwa dia tidak mampu untuk belajar di dalam kelas. Anak mulai kehilangan kemampuan untuk memilih apa yang ingin dia dengar, dan kesulitan mengabaikan suasana bising menyebabkan lingkungan belajar menjadi lebih stres. Anak yang berupaya mendengar dan memperhatikan menjadi mudah lelah.
Akomodasi Pendidikan yang Dibutuhkan Anak Gangguan Pendengaran Ringan di Sekolah
Suasana bising dalam ruang kelas standar akan menghalangi anak mendapatkan akses penuh dari instruksi Guru. Anak akan mendapatkan manfaat yang besar dengan penggunaan alat bantu dengar dan FM System dalam kelas. Ruangan kelas harus dimodikasi secara akustik, pengaturan tempat duduk, dan pencahayaan kelas.
Anak memerlukan perhatian pada keterampilan mendengar dan berbicara, perkembangan kemampuan berbahasa, kemampuan membaca, dan kepercayadirian. Besaran perhatian yang dibutuhkan tergantung dengan tingkat keberhasilan intervensi sebelum usia 6 bulan untuk mencegah keterlambatan bahasa dan pengembangan kemampuan diri (misalnya: merangkak, duduk, berdiri, berlari, dst).
Pelatihan Guru tentang dampak anak dengan gangguan pendengaran 26-40 dB yang ternyata mengalami kesulitan besar ketika kegiatan belajar-mengajar sangat perlu untuk diberikan.
Materi ini dapat diunduh: versi asli dalam bahasa Inggris
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan-Sedang dan Solusinya di Kelas (41-55 dB)
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan-Sedang dalam Memahami Bahasa dan Ujaran
Seorang anak harus konsistensi dalam penggunaan Alat Bantu Dengar (ABD) dan telah mendapatkan intervensi dini sejak usia 6 bulan agar meningkatkan kemungkinan nya menyamai kemampuan bicara, bahasa, dan pemahaman dengan anak tanpa-gangguan-pendengaran. Tanpa ABD, anak dengan gangguan pendengaran ringan-sedang (41-55 dB) hanya mampu memahami suara percakapan pada jarak 1-1,5 meter. Itu pun jika struktur kalimat dan kosakata nya sudah dipahami.
Gangguan pendengaran 40 dB akan menyebabkan bunyi ujaran menghilang 50%. Gangguan pendengaran 50 dB akan menyebabkan bunyi ujaran mehilangan lebih dari 80% (kosakata Bahasa Inggris). Jika anak tidak menggunakan Alat Bantu Dengar sejak dini, maka kemungkinan anak akan memiliki keterlambatan bicara atau kesalahan dalam merangkai sintak kalimat, memiliki keterbatasan kosakata, kemampuan produksi wicara nya kurang sempurna dan cenderung datar.
Penggunaan sistem komunikasi visual untuk melengkapi kemampuan mendengar dapat kita latihkan, terutama jika ada keterlambatan bahasa dan atau ada gangguan penyerta. Bahkan dengan penggunaan alat bantu dengar, anak mungkin “mendengar”, tetapi dia akan kehilangan banyak informasi di dalam kelas ketika suasana sangat bising dan bergema.
Hanya menggunakan ABD saja akan menyebabkan kemampuan memahami pembicaraan dan memperhatikan di dalam kelas berada pada resiko yang tinggi. FM System dapat mengatasi kebisingan ini. Pengaturan tempat duduk untuk mengatur jarak Guru dengan anak sangat diperlukan.
Dampak Gangguan Pendengaran Ringan-Sedang dalam Aktivitas Sosial
Hambatan sosial mulai muncul dan berdampak pada kepercayadirian anak ketika anak dituduh sebagai “anak yang mau-mendengar ketika mau saja”, “anak yang suka melamun”, atau “anak yang tidak mau memperhatikan”. Kemampuan berkomunikasi anak dengan gangguan pendengaran ringan-sedang akan langsung memburuk pada, jika alat bantu dengar tidak dipakai.
Bersosialisasi dengan teman sebaya akan cukup sulit dilakukan, terutama jika dilakukan di dalam ruangan yang bising, seperti dalam sesi diskusi, tempat makan siang, atau waktu istirahat. Anak kemungkinan lebih mudah lelah daripada teman sekelas nya karena upaya nya untuk “mendengar”.
Akomodasi Pendidikan yang Dibutuhkan Anak Gangguan Pendengaran Ringan-Sedang di Sekolah
Orangtua dan guru perlu menjaga konsistensi penggunaan alat bantu dengar. Penggunaan FM System sangatlah penting. Anak membutuhkan ruang kelas dengan pengaturan akustik, tempat duduk, dan pencahayaan yang baik. Konsultasi / program supervisi oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam gangguan pendengaran anak sangat penting untuk koordinasi kebutuhan anak dengan orangtua dan sekolah.
Tergantung pada keberhasilan intervensi awal dalam mencegah keterlambatan bicara, pendidikan khusus diperlukan jika muncul keterlambatan bahasa dan pendidikan. Anak memerlukan perhatian terhadap kemampuan komunikasi oral, keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan mendengar, terapi wicara, dan mungkin penghargaan kepada diri.
Perlu diadakan pelatihan Guru agar lebih memperhatikan akses berkomunikasi anak, yakni penggunaan ABD dan FM System, serta membantu penerimaan anak dengan teman.
Materi ini dapat diunduh: versi asli dalam bahasa Inggris
Dampak Gangguan Pendengaran Sedang dan Solusinya di Kelas (56-70 dB)
Dampak Gangguan Pendengaran Sedang dalam Memahami Bahasa dan Ujaran
Anak dengan gangguan pendengaran sedang (56-70 dB) walau telah menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) masih akan sangat berusaha keras ketika memperhatikan orang yang sedang berbicara di sekitarnya. Anak tetap kehilangan sebagian kata-kata, sehingga mengakibatkan kesulitan ketika dalam situasi yang membutuhkan komunikasi verbal (baik satu-satu atau dalam kelompok).
Tanpa penggunaan Alat Bantu Dengar, percakapan harus sangat keras untuk dapat didengar anak. Gangguan pendengaran 55 dB dapat menyebabkan anak kehilangan 100% informasi wicara jika tidak menggunakan ABD.
Jika gangguan pendengaran tidak teridentifikasi sebelum usia setahun dan dikelola dengan tepat, maka kemungkinan anak akan mengalami keterlambatan berbahasa, kesalahan penggunaan sintak, kurang berkembang dalam speech intelligibility, dan bersuara datar ketika berbicara. Kunci intervensi terdapat di kapan usia pertama kali menggunakan ABD, konsistensi penggunaan alat, dan intervensi awal berbahasa.
Kebutuhan sistem komunikasi visual diperlukan jika ada keterlambatan bahasa dan atau ketidakmampuan tambahan (gangguan penyerta).
Dengan ABD saja, kemampuan untuk memahami di dalam kelas akan sangat berkurang karena jarak guru dengan anak dan suasana bising dalam kelas. Penggunaan FM System akan mengurangi penyebab ini sehingga meningkatkan akses terhadap instruksi verbal.
Dampak Gangguan Pendengaran Sedang dalam Aktivitas Sosial
Jika gangguan pendengaran terlambat dideteksi dan keterlambatan bahasa terlanjur terjadi, maka interaksi komunikasi dengan teman sebaya akan terpengaruh secara signifikan (terlihat jelas). Anak akan semakin sulit bersosialisasi, terutama dalam suasana bising seperti situasi belajar kelompok (diskusi), waktu makan siang, atau waktu istirahat. Anak cenderung memunculkan konsep diri yang buruk, dan perasaan belum dewasa. Orangtua dan Guru perlu memberikan informasi pada teman-teman tentang kondisi anak.
Akomodasi Pendidikan yang Dibutuhkan Anak Gangguan Pendengaran Sedang di Sekolah
Konsistensi terhadap penggunaan ABD sepanjang waktu serta FM System sangat penting. Anak kemungkinan masih mendapatkan manfaat dari kompresi frekuensi untuk menjangkau bunyi ujaran yang hilang, menyesuaikan dengan konfigurasi gangguan pendengarannya. Sangat penting untuk memilih jenis ABD Digital yang sesuai dengan tingkat gangguan dengar nya.
Anak dengan gangguan pendengaran-sedang membutuhkan dukungan dari orangtua dan guru pada pengembangan keterampilan mendengar, berbahasa, wicara, membaca, dan menulis. Konsultasi / program supervisi oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam gangguan pendengaran anak sangat penting untuk koordinasi kebutuhan anak dengan orangtua dan sekolah.
Penggunaan bahasa isyarat atau sistem komunikasi visual pada anak mungkin diperlukan untuk mendapatkan pengajaran yang kompleks secara linguistik. Pembuatan catatan, film dengan caption / subtitel, dll, adalah akomodasi yang dibutuhkan.
Pelatihan guru dibutuhkan untuk memberikan wawasan tentang dampak gangguan pendengaran sedang di sekolah.
Materi ini dapat diunduh: versi asli dalam bahasa Inggris
Dampak Gangguan Pendengaran Berat (71-90 dB) dan Sangat Berat (91+ dB) serta Solusinya di Kelas
Dampak Gangguan Pendengaran Berat dan Sangat-Berat dalam Memahami Bahasa dan Ujaran
Anak dengan gangguan pendengaran berat (71-90 dB) dan sangat-berat (91+) harus sejak dini menggunakan ABD secara konsisten. Konsentrasi yang penuh dari orangtua atau pengasuh untuk menyediakan kesempatan akan kemunculan kekayaan berbahasa melalui aktivitas harian dan/atau penyediaan intervensi bahasa secara intensif (bahasa isyarat atau terapi AVT di klinik), maka semakin besar kemungkinan perkembangan bicara, berbahasa, dan kemampuan memperhatikan akan berkembang seperti anak tanpa gangguan pendengaran.
Kemampuan individual anak dan ditambah intervensi intensif pada usia di bawah 6 ulan akan menentukan derajat suara yang mampu dideteksi untuk didiskriminasi, kemudian dipahami oleh otak sebagai bunyi yang bermakna.
Tanpa Alat Bantu Dengar, anak dengan gangguan pendengaran berat (71-90 dB) hanya akan mendengar suara yang sangat keras dari jarak 30 cm dari telinga. Namun, ketika anak diberikan ABD secara optimal, maka anak mampu mendeteksi banyak bunyi huruf jika didengarkan secara dekat atau melalui FM System. Walau demikian, seorang anak dengan gangguan dengar 71-90 dB biasanya kesulitan untuk mendengar dan membedakan semua bunyi huruf dengan pitch tinggi seperti /s/, /f/, /sh/.
Anak dengan gangguan pendengaran 70 dB (dan lebih berat) dapat menjadi kandidat untuk implan koklea. Sedangkan anak dengan gangguan pendengaran lebih dari 90 dB, kemungkinan besar tidak mampu mendengar cukup banyak bunyi huruf dengan ABD biasa. Jika orangtua ingin memberikan akses penuh terhadap bahasa (bahasa isyarat & cued speech), maka anggota keluarga harus terlibat dalam jenis komunikasi ini sejak anak masih sangat muda.
Dampak Gangguan Pendengaran Berat dan Sangat-Berat dalam Aktivitas Sosial
Tergantung pada keberhasilan intervensi ketika masa bayi dalam pengembangan bahasa nya, kemampuan berkomunikasi anak dapat berpengaruh kecil atau besar. Kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya mungkin sulit untuk dilakukan karena keterbatasan kosakata yang mampu didengar kemudian diucapkan dengan baik. Anak yang bersekolah umum kemungkinan membutuhkan peran orang dewasa (guru utama atau guru pendamping) karena kesulitan memahami komunikasi lisan.
Anak mungkin lebih nyaman berinteraksi dengan teman sesama Tuli karena kemudahan komunikasi. Hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa yang memiliki gangguan pendengaran dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan konsep diri dan kultur identitas diri.
Akomodasi Pendidikan yang Dibutuhkan Anak Gangguan Pendengaran Berat dan Sangat-Berat di Sekolah
Tidak ada satu sistem komunikasi yang tepat untuk semua anak yang memiliki gangguan pendengaran dan keluarga nya. Baik penggunaan bahasa visual atau bahasa auditori/oral; tetap saja intervensi berbahasa sejak dini, penggunaan ABD secara konsisten dan integrasi praktek berkomunikasi ke dalam keluarga sejak usia 6 bulan akan sangat meningkatkan kemungkinan anak menjadi pembelajar yang sukses. Artinya keluarga besar harus bersama-sama dan seragam untuk mendukung komunikasi bersama anak.
Anak yang terlambat diketahui memiliki gangguan pendengaran (misal: di atas 6 bulan dari kelahiran), maka akan mengalami keterlambatan berbahasa. Jarak (gap) kemampuan berbahasa antara anak-gangguan-dengar dengan anak-tanpa-gangguan-dengar akan sulit untuk dikejar. Anak membutuhkan keterlibatan konsultan (terapis AVT atau TW) atau guru luar biasa untuk memperpendek “jarak” tersebut.
Tergantung pada konfigurasi gangguan dengar anak, kemampuan persepsi bicara secara individu, kemampuan ABD untuk mengolah suara (frequency compression), atau implan koklea mungkin dapat memberikan pilihan yang lebih baik untuk mendapatkan akses berbicara verbal.
Jika pendekatan auditori atau oral akan digunakan, maka latihan paling awal ialah keterampilan mendengar, keterampilan berbahasa, pengembangan konsep (critical elements), kemudian wicara (speech). Jika budaya Tuli akan dipilih, maka anak harus sering berada dalam lingkungan dengan budaya Tuli; penggunaan SIBI sangat penting.
Pemilihan sekolah yang menggunakan bahasa isyarat atau sekolah khusus mungkin merupakan pilihan yang lebih tepat untuk mengakses kekayaan berbahasa dan lingkungan komunikasi yang lebih cair dan bebas. Dukungan terapi dan penilaian berkala serta berkelanjutan terhadap akses komunikasi dan instruksi verbal tetap dibutuhkan.
Penggunaan catatan, captioning, film dengan caption atau teks, dan strategi peningkatan visual lainnya sangat dibutuhkan. Latihan dalam penggunaan bahasa pragmatis (pragmatic language) dan strategi perbaikan komunikasi (communication repair strategies) akan sangat membantu. Pelatihan guru pada sekolah umum untuk memahami anak dengan gangguan pendengaran berat juga sangat penting.
Materi ini dapat diunduh: versi asli dalam bahasa Inggris
Sumber :
Bagus sekali Artikel tersebut.
Semakin menambah wawasan tentang dampak ketunarunguan dan penanganannya. Namun Tidak ada satu sistem komunikasi yang tepat untuk semua anak yang memiliki gangguan pendengaran dan keluarga nya. Baik penggunaan bahasa visual atau bahasa auditori/oral; tetap saja intervensi berbahasa sejak dini, penggunaan ABD secara konsisten dan integrasi praktek berkomunikasi ke dalam keluarga sejak usia 6 bulan akan sangat meningkatkan kemungkinan anak menjadi pembelajar yang sukses. Artinya keluarga besar harus bersama-sama dan seragam untuk mendukung komunikasi bersama anak.
Anak yang terlambat diketahui memiliki gangguan pendengaran (misal: di atas 6 bulan dari kelahiran), maka akan mengalami keterlambatan berbahasa. Jarak (gap) kemampuan berbahasa antara anak-gangguan-dengar dengan anak-tanpa-gangguan-dengar akan sulit untuk dikejar. Anak membutuhkan keterlibatan konsultan (terapis AVT atau TW) atau guru luar biasa untuk memperpendek “jarak” tersebut.
Setuju dengan penyataan Ibu.
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini. Semoga bermanfaat.