Last updated on Maret 21, 2019
“Lagi-lagi Ultraman”, keluh Mama Alkha jika mendapati kami sedang belajar dari Ultraman Geed. Jika sudah demikian, yang Papa Alkha lakukan hanya tersenyum (nyengir) saja. Saya dengan Mama Alkha cukup berbeda dalam memahami makna terapi AVT di rumah. Saya beraliran santai-pragmatis. Sedangkan Mama Alkha aliran yang serius-terarah. Oleh karena itu, saya merasa “belajar” bisa dari apa saja. Mungkin, sebaiknya Mama Alkha membuat blog sendiri tentang tips AVT di rumah yang berkaitan dengan akademik ya. Hehehe…
Alkha pada dasarnya anak yang selalu ingin tahu. Hal ini yang membuat saya tergoda untuk mengajaknya bermain dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan gembira. Tapi, saya juga galak lho, jadwal setelah Magrib nya Mama Alkha juga saya support. Misalnya sholat magrib berjamaah (apapun posisi dia; tiduran, sujud, duduk bersila, pokoknya di samping imam -maklum, sedang muncul sifat rebellion nya), lanjut membaca iqra jilid 1 (baru sampai /tsa/, membaca flashcard, kemudian latihan auditory memory 4 item. Setelah itu ya main, entah main laptop atau hp, bermain peran (perang-perangan), baca buku, dll.
Dan kalau siang, kegiatan apa yang bisa dilakukan? Padahal targetnya dia bisa mampu mengucap huruf /t/, /k/, /g/, /f/, /tsa/. Dan tidak mungkin bagi saya untuk menyuruhnya bicara /tsa/ berulang-ulang. Makanya, saya buat dia yang minta sendiri tanpa saya harus perintah dengan keras. Saya menciptakan “kebutuhan” agar mudah dipersuasi. Sama kan seperti seorang pedagang yang menjual barang dagangan. Nah, saya itu persis seperti sales.
Saya ambillah hal-hal yang disukai anak-anak. Karena saat ini, Alkha sedang senang dengan Ultraman, maka saya unduhkan beberapa video di Youtube tentang Ultraman Geed yang berbahasa Indonesia. Ultraman Geed saya pikir lebih asyik daripada Ultraman Orb. Ultraman Orb itu yang keren pedang nya, Pedang Orb Bintang. Wkwkwk, ketahuan saya juga menikmati proses ini….
Kardus, Material Andalan Berkreasi
Di rumah, kardus bekas sangat melimpah karena saya juragan kardus. Selain alasan bisa ambil gratis, kardus itu mudah dibentuk, mudah dipotong, mudah dilem, dan product life cycle nya rendah (intinya 3-7 hari mainan nya kan rusak). Akhirnya “kebutuhan” itu terus ada dan berkelanjutan. Kreasi kardus–> rusak –> negosiasi bikin apa–> bikin lagi–>input bahasa bertarget.
Pertama, siapkan dulu peralatan nya. Yakni (1) lem kertas, (2) cutter besar yang ada kunci nya (3) penggaris besi.
Kedua, persiapkan bahan nya. Yakni (1) kardus bekas, cari yang tebal, (2) print out / hasil cetak yang akan dibuat permainan nya. Nah, material nya bisa diunduh / download pada file di bawah ini, kemudian cetak di kertas ukuran F4.
Unduh File Pedang Ultraman Orb Bintang (Dua Sisi)
Unduh File Pedang Ultraman Mega Master (Dua Sisi)
Ketiga, kita persiapkan materi Belajar dari Ultraman Geed bersama Alkha. Pilih pola kalimat yang akan kita ucapkan untuk mengajak anak sesuai dengan kemampuan kosakatanya. Misalnya, saya akan bertanya “Mau potong-potong kardus pakai gambar ultraman yang mana?”. Setelah memilih sendiri, mencetaknya, dan menempel di kardus. Kita siap potong dengan cutter.
Mau Potong Kardus, Kalau…
Selama memotong, saya berhenti. “Papa capek, kalau Alkha mau bilang /ts/, Papa mau potong lagi”. Tanpa membantah dia mencoba menggigit ujung lidahnya dan mendorong keluar udara lewat mulut nya. Hujan liur bertaburan, saya anggap sebagai upah jerih payah usaha ini. Pasti ada hasilnya, walaupun tidak hari ini. Sama seperti dulu saya ajari Alkha mengucapkan huruf /ch/ untuk becak.
Dulu saya mengajari huruf /ch/ selama 3 minggu setiap pagi. Setiap melihat becak, saya mengucap “Bechak, beeechak”. Pengucapan nya seperti frasa viral di sosial media, “bechek naik ojhek”. Entah apa yang didengar Alkha lewat Cochlear Implant yang digunakan nya. Yang pasti dia tertawa saja berusaha menirukan nya. Dan akhirnya, bisa. Bisa karena biasa, bisa karena repetisi (pengulangan).
Imitasi Kalimat Panjang
Belajar imitasi kalimat panjang memang harus dilatihkan bertahap. Hal ini terasa ketika suatu hari Alkha diminta Mama Alkha mengucapkan “Selamat ulangtahun dokter Harim”. Beliau dokter yang memasangkan implan koklea yang dipakai Alkha. Bila dikaji, ucapan selamat tersebut terdiri dari 4 kata; kata Selamat terdiri dari 3 suku-kata, kata Ulangtahun terdiri dari 4 suku-kata. Bagi Alkha yang masih belajar auditory memory 4 item, mengucapkan kalimat panjang masih belum dapat dilakukan dengan baik. Teorinya, (1) jumlah kata sekali ucap, akan sebanyak jumlah auditory memory. (2) jumlah suku-kata yang mampu diucap dalam satu kata, akan sebanyak jumlah auditory memory.
Belajar dari Ultraman Geed, terdapat dua frasa yang menarik dalam film itu. Tokoh utama (Riku Asakura) menggunakan jargon (1) Diam saja tidak ada guna nya!, (2) satu, dua, tiga, satukan kekuatan, Geeeedd….!!!. Dua jargon ini saya gunakan untuk berlatih bicara panjang, “Lagi-lagi Ultraman”, ungkap Mama Alkha agak kesal. Senyuman terbaik pun saya lempar padanya. Jika penasaran dengan jargon atau tagline yang dimaksud, bisa lihat frasa tersebut pada video berdurasi 30 detik ini.
Bagaimana Perkembangannya?
Pada awalnya, Alkha kesulitan melakukan imitasi panjang. Kosakata yang terdiri dari tiga-empat suku kata, masing-masing diucap menjadi 2 suku kata saja. Misalkan pada kata Satukan, Kekuatan, dan Gunanya hanya diucapkan Satu, Kuatan (3 suku kata, ada /k/ dan /t/ yang belum bisa), dan Guna. Pelan-pelan, karena saking tertariknya dengan karakter Ultranab Geed ini, Alkha akhirnya mau mengucap 3 kata dengan lengkap.
Kami mengikuti pedoman, jika kemampuan imitasi panjang nya sudah baik, maka kalimat lain yang lebih kompleks akan lebih mudah diajarkan. Misalkan, Bismillah (3 suku kata), arrahman (3 suku kata), arrahim (3 suku kata). Bismillah-irrahman-irrahim ini sangat tergantung pada repetisi setiap mau makan, minum, dan membaca iqra’.
Saran Buat Ayah dan Bunda
Kegiatan kami ini menggunakan strategi dasar AVT berupa Self Talk, Paralel Talk, Open Ended Question. Pendidikan yang kami lakukan masih sangat bisa dikembangkan. Bahkan kami menemukan banyak orangtua lain yang jauh lebih pro-aktif. Bedanya, mereka belum sempat mendokumentasikan kegiatan-kegiatan nya. Banyak metode pengajaran di Youtube, bisa juga coba diterapkan dan dimodifikasi.
Setiap anak itu unik. Bisa dibayangkan mulai dari siapa orangtua nya (berbeda), bagaimana reaksi ketika dilahirkan (berbeda), bagaimana perlakuan pasca dilahirkan (ASI atau Susu atau yang lain, apa jenis MPASI nya, kapan mengunyah, kapan merangkak, kapan duduk, kapan jalan) (berbeda). Oleh karena itu, memodifikasi permainan selama Terapi Auditori Verbal secara mandiri di rumah merupakan hal yang wajar dilakukan. Jadi, kami doakan Ayah dan Bunda selalu diberikan kemudahan berpikir dan rejeki yang luas. Aminn..