Last updated on September 18, 2019
Auditory Steady State Response (ASSR) adalah tes pendengaran yang dilakukan secara obyektif untuk mengetahui kemampuan dengar anak atau balita yang belum mampu melakukan tes audiometri biasa. Tes ASSR biasanya diberikan kepada bayi yang tidak lolos serangkaian tes skrining bayi baru lahir (newborn baby screenings) dan kepada anak yang mengalami keterlambatan bicara yang diduga mengalami gangguan pendengaran.
Hasil ASSR dapat dianggap sebagai respon elektrofisiologis terhadap rangsangan pendengaran yang cepat. Tujuan ASSR adalah menciptakan perkiraan audiogram yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa besar gangguan pendengaran, pada frekuensi dan intensitas berapa respon ASSR diterima telinga, dan rehabilitasi seperti apa yang terbaik berdasarkan data ASSR.
Tes ASSR harus dilakukan pada kondisi tertidur dalam. Oleh karena itu apabila akan dilakukan pada bayi-baru-lahir dapat dilakukan langsung setelah 24 jam dilahirkan. Apabila akan dilakukan pada balita yang sudah tidak banyak tidur, maka harus dilakukan pembiusan, bisa bius minum atau bius lewat anus (seperti obat ambeyen).
ASSR dilakukan dengan memasang sejumlah alat yang diletakkan pada liang telinga (seperti earphone) dan ditempel di belakang telinga (terdekat dengan saraf pendengaran). Alat tes ASSR akan mengirimkan beberapa nada murni (pure tone) melalui liang telinga hingga akhirnya mendapatkan respon pada saraf pendengaran. Nada murni ini seperti suara pada umumnya, menggunakan 2 variabel yakni frekuensi (Hz) dan desibel (dB). Bedanya, alat ini menghasilkan 1 nada secara terukur pada frekuensi dan desibel pada satu waktu.
Frekuensi dan Desibel Tes ASSR
Frekuensi ASSR. Tes ASSR sebenarnya tidak terbatasi pada frekuensi berapapun. Namun, umumnya tes ASSR menggunakan frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz. Empat frekuensi ini memudahkan audiolog dalam membaca audigram yang dihasilkan dari Tes ASSR. (Frekuensi ialah banyaknya periode gelombang dalam satu waktu).
Desibel ASSR. Desibel merupakan satuan ukuran keras atau lemahnya suara. Dimulai dari desibel kecil hingga tinggi kemudian berhenti hingga terdapat respon elektrofisiologi dan muncul pada alat pengukuran. (Desibel merupakan satuan dari amplitudo gelombang. Amplitudo merupakan jarak antara nilai tertinggi dan nilai terendah dalam satu panjang gelombang. Tinggi rendahnya amplitudo mempengaruhi keras dan lemahnya suara yang dihasilkan).
—- Sumber: www.californiaearinstitute.com/audiology-services-assr-bay-area-ca.php www.firstyears.org/lib/howtoread.htm www.hearingreview.com/2007/11/auditory-steady-state-response-assr-a-beginners-guide/ www.sains.me/2013/07/16/dibalik-suara-yang-kita-dengar/