Press "Enter" to skip to content

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Last updated on April 13, 2019

Kami sering bertanya-tanya, mengapa terkadang Alkha menolak ketika belajar walau sambil bermain? Apakah permainannya tidak menarik? Atau sebenarnya dia belum mampu mencerna permainan itu? Apakah membaca, menulis, dan berhitung dapat diajarkan sejak dini? Bagaimana cara mengajarkannya? Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. Tulisan ini membahas tentang teori kemampuan perkembangan kecerdasan seorang anak, yakni Teori Perkembangan Kognitif Piaget.

Teori Perkembangan Cognitif Piaget
Sumber Gambar: Sprout & MinuteVideos,com

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Piaget’s Theory of Cognitive Development) berpendapat bahwa setiap orang harus melalui 4 tahap kemampuan berpikir (kognitif), yakni:

  1. Tahap Sensori-Motor
  2. Tahap Pre-Operasional
  3. Tahap Operasional Konkret
  4. Tahap Operasional Formal

Tahapan-tahapan ini harus dilalui satu persatu untuk mendapatkan apa yang dinamakan Kecerdasan Penuh Manusia.

1. Tahap Sensori-Motor

Tahap sensori-motor dimulai sejak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, kita mengembangkan pengalaman melalui 5 panca indera. Otak akan merekam semua yang dilihat, didengar, dibau, dirasa, dan disentuh. Pertama, kita mulai dari reflek sederhana kemudian akan mengembangkan perilaku-perilaku umum. Sejak usia 4 bulan, kita menjadi perhatian dengan bagian tubuh kita sendiri dan ketika lebih besar lagi, kita belajar untuk memainkan beberapa benda di sekitar kita secara sadar. Pada tahap ini, kita mengembangkan ingatan dalam mengerjakan sesuatu, atau dalam terminologi Piaget adalah kemampuan realisasi objek permanen (permanensi objek).

Sebelum itu, ibu akan memberitahu kita sebuah objek (misalnya boneka), kemudian disembunyikan, dan kita mengira itu hilang. Setelah kita mengetahui bahwa objek tersebut masih ada walaupun kita tidak melihatnya, kita menjadi sangat ingin tahu tentang segala hal. Kita ingin mencium bau bunga, merasakan makanan, mendengarkan suara, dan berbicara dengan orang lain yang tidak dikenal. Untuk mengekplorasi lebih banyak, kita bergerak, kita belajar untuk duduk, merangkak, berdiri, berjalan, bahkan berlari. Hal-hal ini akan meningkatkan mobilitas fisik sehingga meningkatkan perkembangan kognitif, tapi kita masih berpusat pada diri kita sendiri (ego-sentrik). Artinya kita masih melihat seluruh dunia dari sudut pandang kita sendiri.

2. Tahap Pre-Operasional

Tahap kedua dalam Teori Perkembangan Kognitif Piaget adalah Tahap Pre-operasional yang dimulai usia 2-7 tahun. Pada usia itu, kita mulai mengembangkan konsep kognitif secara simbolik dan mulai menggunakan intuisi. Kita menggunakan banyak fantasi dan percaya bahwa objek tersebut hidup, misalnya boneka beruang. Karena kita belum bisa menggunakan operasi berpikir yang khusus, Piaget menamakan ini sebagai Tahapan Pre-Operasional.

Pada tahap ini, kita belajar untuk berbicara dan memahami kata, gambar, dan gesture sebagai simbol dari sesuatu yang lain. Misalnya, kata “mooo” berarti gambar sapi; gesture tangan kanan terbuka dan bergerak kanan ke kiri bolak balik adalah simbol perpisahan.

Ketika kita menggambar keluarga, kita tidak menggambar masing-masing orang, tapi menggambarkan arti simboliknya, misalnya Papa sedang naik sepeda, Alkha naik mobil, Mama sedang memasak. Kita juga menyukai bermain peran, karena membuat kita merasakan sesuatu yang baru dan belajar sangat banyak dari sana, misalnya main dokter-dokteran, main superhero, main jadi monster, dan sebagainya.

Sekitar usia 4 tahun, kebanyakan dari kita akan sangat ingin tahu, sehingga makin banyak bertanya. Kita ingin mengetahui banyak hal. Artinya kita sedang menumbuhkan “penalaran primitif”. Piaget menamakan ini sebagai “Usia Intuitif”. Ketika menyadari bahwa banyak pengetahuan yang ada di sekitar, tetapi kita tidak tahu bagaimana cara mendapatkan nya.

Kemampuan berpikir kita masih pada tahap yang ego-sentris. Kita berpikir bahwa orang lain berpikir sebagaimana kita berpikir; dan kita tidak tahu bahwa sebenarnya orang lain melihatnya berbeda.

3. Tahap Operasional Konkret

Tahap Operasional Konkret dimulai pada usia 7-11 tahun. Pada masa itu, kita mendapati bahwa ada alasan dibalik segala sesuatu. Kita mengembangkan kemampuan berpikir logis, seperti Kemampuan Mengurutkan Objek dalam urutan tertentu. Kemampuan lainnya ialah kemampuan penalaran induktif. Contohnya, ketika kita mendapati seseorang suka makan biskuit, kita membuat kesimpulan dan generalisasi bahwa setiap orang juga suka makan biskuit.

Kemampuan selanjutnya adalah Kemampuan Konservasi. Kita akhirnya mengetahui, bahwa ketika dua buah gelas berisi air yang sama jumlahnya, kemudian salah satu dipindah ke gelas yang lebih tinggi, keduanya masih memiliki jumlah yang sama. Sedangkan ketika usia kita lebih kecil, kita menganggap bahwa gelas yang lebih tinggi punya jumlah yang lebih banyak. Pada tahap ini, kita juga memahami bahwa ketika 3+5 = 8, maka 8-3 = 5.

Kemampuan Klasifikasi Operasi. Otak kita belajar untuk mengatur kembali seluruh pemahaman yang didapatkan kemudian mengklasifikasikannya, kemudian membuat kerangka operasi mental yang konkret. Pada tahap ini, sekarang kita memahami bahwa kita dapat melakukan sesuatu yang berkebalikan dengan sesuatu yang berkebalikan pula. Misalnya, ketika kita menekan tombol saklar lampu pada bagian bawah, maka lampu akan hidup; agar lampu mati, kita tinggal menekan kebalikannya, yakni tombol bagian atas.

Kita sangat senang dengan kemampuan mental baru ini. Kita gunakan dalam percakapan, aktivitas, bahkan ketika kita belajar menulis, termasuk belajar di sekolah. Hasilnya, kita mengetahui kemampuan diri kita dengan lebih baik lagi. Kita mulai menyadari bahwa pemikiran kita, perasaan kita itu unik dan berbeda dengan orang lain. Karena itu, sekarang kita jadi tertarik untuk mencoba kemampuan lain, yakni mencoba berada dalam posisi orang lain atau pemikiran orang lain.

4. Tahap Operasional Formal

Teori Perkembangan Kognitif Piaget terakhir ialah Tahap Operasional Formal yang dimulai usia 12 tahun ke atas. Ketika kita beranjak remaja, kita jadi lebih formal dalam melakukan sesuatu. Karena kita memiliki kemampuan untuk berpikir lebih rasional tentang konsep yang abstrak dan peristiwa dengan hipotesis. Contoh hipotesis ialah “jika aku tendang bola ke dinding dengan keras, kemudian memantul kembali terkena kepala ku, pasti rasanya sakit”.

Kemampuan berpikir kita yang lebih tinggi ini membawa kita untuk memahami konsep yang abstrak seperti kesuksesan dan kegagalan, rasa cinta dan kebencian. Kita mampu menggali lebih-dalam identitas diri sendiri (“Siapa aku?”, “Apa cita-cita ku?”) dan moralitas diri (membedakan baik dengan buruk). Kita juga semakin memahami kenapa seseorang berperilaku seperti mereka berperilaku (mereka nakal, mereka baik, mereka hedonis, mereka sederhana). Sehingga pada akhirnya kita dapat menjadi seseorang yang mawas diri dan welas asih.

Otak kita sekarang dapat melakukan cara berpikir deduktif, artinya kita dapat membandingkan dua pernyataan dan menyimpulkan secara generalisasi logisnya. Kemampuan mental baru ini memberi kita kesempatan untuk merancang kehidupan secara sistematis dan mampu membuat prioritas. Kita dapat membuat asumsi tentang peristiwa yang tidak berhubungan dengan kenyataan. Kita dapat melakukan kegiatan berpikir mendalam layaknya seorang filsuf yang “berpikir” tentang “apa itu berpikir”.

Selanjutnya, kita akan membuat pola berpikir egosentrik tentang “bagaimana orang melihat kita dan bagaimana orang akan memberikan respon?”. Hal ini terjadi secara terus menerus sepanjang waktu. Piaget percaya bahwa kita belajar sepanjang usia, tapi terus menegaskan bahwa kemampuan operasional formal merupakan tahapan terakhir dalam kemampuan berpikir manusia.

Siapa Jean Piaget itu?

Jean Piaget ialah seorang peneliti yang mula-mula tertarik burung gereja albino kemudian membuat tulisan riset nya pada usia 11 tahun (1907). Pada tahun 1920, dia mulai mengerjakan Test Standar Kecerdasan. Dia menyadari bahwa anak kecil membuat kesalahan yang konsisten, dimana tidak dilakukan oleh remaja. Dia menyimpulkan bahwa anak kecil dan remaja pasti berpikir secara berbeda. Kemudian dia menghabiskan hidupnya dalam studi perkembangan kecerdasan pada anak.

Tulisan di atas merupakan narasi orisinil dari video Sprout tentang Piaget’s Theory of Cogntive Development dari video ini dan Papa Alkha tambahkan redaksional yang tidak merubah inti simpulannya.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget kan cuma sekedar teori?

Nah, bentuk-bentuk tes kemampuan kognitif ini dapat Ayah dan Bunda simak pada video di bawah. Ada beberapa hal yang menarik, yakni ketika seorang anak melakukan kesalahan memilih gelas yang tinggi dengan alasan dia berpikir bahwa isinya lebih banyak. Ketika dihadapkan pada mental-map 3 dimensi, anak yang belum mampu memperkirakan lawan bicaranya dapat melihat apa saja. Ada anak yang belum mampu membuat kerangka berpikir abstrak. Kesalahan itu secara konsisten terjadi karena anak belum melewati tahapan tersebut.

Bagaimana? Teori Perkembangan Kognitif Piaget ini cukup menarik kan? Jika kita sedang merancang cara terapi Terapi Auditori Verbal di rumah melalui sebuah permainan yang mengasah kemampuan kognitif, maka sesuaikan dengan kemampuan atau usia si anak. Cek dan ricek materi yang kita berikan. Bisa jadi materi yang sedang kita ajarkan ini belum mampu diolah oleh nya karena usianya masih belia.

Sumber:
Youtube - Piaget's Theory of Cognitive Development
Youtube - Piaget Stages of Development
Pos Sebelumnya
Pos Berikutnya

Tinggalkan Balasan