Last updated on April 3, 2019
Empat tahapan mendengar dan berbicara secara alamiah dimulai dari tahap (1) Deteksi, (2) Diskriminasi, (3) Identifikasi, dan (4) Komprehensi. Bila sadar suara yang merupakan tahap deteksi sudah dilalui, maka selanjutnya Terapis dan orangtua akan beranjak ke tahap kedua, yakni Tahap Diskriminasi. Diskriminasi merupakan kemampuan untuk menentukan persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih stimulasi suara. Anak diharapkan untuk memberikan respon yang berbeda terhadap perbedaan suara. Misalnya, bunyi singa dengan sapi, apakah anak dapat membedakan binatang yang mengeluarkan suara moo? Nah, untuk dapat membedakan ini, anak harus memahami bahwa setiap benda memiliki nama, oleh karena itu anak akan belajar kosakata pertama yang mengandung bunyi vokal, silabel (suku kata), dan suprasegmental (penekanan suara) yang sederhana dan biasa dilakukan sehari-hari bersama orangtua atau pengasuh.
Untuk belajar kosakata pertama, anak dengan gangguan pendengaran dikenalkan dengan kata-kata yang berasosiasi dengan suara (sound-object associations). Tujuannya ialah agar anak lebih mudah bubling, atau mengulang-ulang suku kata, seperti layaknya bayi yang belajar berbicara. Misalnya, dulu Alkha mengucapkan “wa-uwa-uwa-uwa” secara menerus ketika melihat gambar bebek. Menurut Ling, dalam artikel (1), bubling merupakan pondasi seorang anak untuk membentuk kemampuan berbicara (speech). Hal ini normal dan diharapkan lebih banyak vokal dan silabel yang muncul ketika belajar kosakata pertama. AVT tidak dalam rangka melakukan terobosan sehingga anak tidak perlu melalui tahapan alamiah dalam berbicara. AVT akan mengantarkan anak yang terlambat mendengar dan bicara agar melalui tahapan demi tahapan anak normal secara cepat dan tepat melalui teknik-teknik khusus nya.
“I learned that one could not simply hang a hearing aid on children and expect them to develop hearing perceptions normally. Instead the children continued to act as if they were deaf. Sound was meaningless. When the children were encouraged to use lip-reading or signing, they continued to be visual learners and ignored sound. I came to realise that one did not have to teach deaf children to look but instead one had to teach them to listen. A hearing aid gave more hearing, but listening had to be learned. I had to make sound an important and meaningful part of everything the children were experiencing.”
Judith I. Simser (Auditory-Verbal Techniques and Hierarchies)
Ketika belajar kosakata pertama, terapis AVT akan menunjukkan bahwa mengenalkan kosakata dapat dilakukan dalam permainan yang tidak akan melukai anak. Anak tidak hanya mendengar (hearing) tetapi memperhatikan (listening). Dan kemampuan memperhatikan seorang anak harus dipelajari dan dilatih dalam seluruh kegiatan secara menyenangkan.
Belajar Kosakata Pertama Berdasarkan Simser’s Highlighting Vocabulary
Kendaraan
Pesawat (a-a-a)
Kereta (oo-oo-oo)
Mobil (brum-brum)
Kapal (p-p-p –unvoiced/tanpa suara)
Bis (bip-bip)
Suara Hewan
Sapi (mooo)
Kucing (miaw)
Babi (oink-oink)
Burung (cuit-cuit)
Burung hantu (huuu huuu)
Anjing (guk-guk)
Domba (baaa)
Kodok (hap-hap-hap)
Bebek (kwek-kwek)
Singa (haum-haum)
Kuda (neigh)
Ikan (swish)
Ayam (kok kok petok)
Monyet (ee-ee-ee)
Beruang (grr-grr)
Kata Kerja
Tekan-tekan ke bawah
mmm wangi (cium bunga)
Bangun
Pop-pop gelembung
Sshhhh tidur
Duduk
Cuci-cuci tangan
Mari minum
Tiup-tiup bulu
Jalan-jalan-jalan
Pantul-pantul-bola
Naik-naik-naik (tangga; dan angkat anak dari bawah ke dekapan)
Berputar-putar
Potong-potong pisang nya
Sisir rambut, Sikat gigi
Lompat-lompat-lompat
Kata Sifat
Ini panas
Semuanya hilang
Ini kotor
Ini lembut
Ini rusak
Ini basah
Ini lengket
Kata Benda
Jam berbunyi tik-tok
Hai bayi
Aku mama, aku papa
Itu sepatu ku
Naik-naik-meluncur wii-iiii
Ini mata ku, hidung, mulut
Lihat ikan
Badut berkata ha ha ha
Santa berkata ho ho ho
Kata Milik
Itu punya ku
Berikan pada ku atau Kasih ke Mama
Kalimat sederhana
Da dah
Lihat itu
Ooh ini berat
O oh sakit
Aku mau …..
Tidak boleh, tidak boleh disentuh
O oh jatuh
Wah cantik
Mmmm enak
Waaah, kotornya
Senangnya
Stop Berhenti
Brrrr dingin
Tolong aku
Aku mau lagi
Ambil itu
Tunggu sebentar
Belajar Kosakata Pertama Juga Untuk Melatih Auditory Memory Anak
Pada dasarnya, seorang anak akan berkembang baik jika memiliki kemampuan auditory memory hingga 4-5 item. Kemampuan ini sangat dibutuhkan anak ketika menapaki jenjang sekolah. Setelah anak menggunakan ABD, dia harus mulai dilatih meningkatkan kemampuan kapasitas auditory memory nya. Contoh mudahnya begini: Silakan Ayah dan Bunda konsentrasi, saya akan menyebutkan beberapa nama binatang pada kolom dibawah ini. Dan kami harapkan Ayah dan Bunda menghafal nya secara cepat, kemudian menyebutkan kembali secara berurutan tanpa membaca lagi nama-nama binatang ini.
ayam, singa, beruang, kodok, serigala, ikan, burung, kucing, domba, bebek, sapi, kuda, monyet
Berapa jumlah binatang yang berhasil Ayah dan Bunda sebutkan kembali? Sebanyak itulah auditory memory itu. Nah, agar anak memiliki kemampuan auditory memory yang panjang, maka kita mulai dari 1 item terlebih dahulu. Ayah dan Bunda dapat melakukan variasi perintah di bawah ini untuk berlatih auditory memory 1 item:
1. Mengulang “asosiasi kata dengan obyek (sound-object)” dalam sebuah kalimat. Misalnya: “Bola nya mantul, mantul, mantul“
2. Mengulang 1 kali pengulangan dalam asosiasi kata dengan suara. Misalnya: (1) Mana kucing yang suaranya miaw ?
3. Dalam satu obyek yang muncul dalam kata benda, kata kerja, kata sifat, dan frase umum dengan variasi suprasegmental dan mengandung vowel. Misalnya: (1) “Ambil bunga! “, “Cuci, cuci, cuci tangan”, “Mmm, enak” (sambil pegang es krim mainan).
4. Dalam satu obyek yang mengandung berbagai vowel dan sillabel. Contohnya: “Dimana sedok?”, “Dimana apel?”, “Dimana es krim?”.
5. Meletakkan kata target pada akhir kalimat. Misalnya: “Tolong ambilkan pisang.“
6. Meletakkan kata target pada tengah atau awalan kalimat untuk menyiapkan belajar 2 AM (Auditory Memory). Misalnya: “Tolong letakkan pisang di atas meja” sambil menunjuk bagian atas meja.
Tahapan auditory memory 2 item hingga 5 item tidak dibahas pada artikel ini.
Belajar Kosakata Pertama Dilakukan Secara Natural Dalam Kegiatan Bersama Anak
Prinsip utama dalam kegiatan AVT ialah Terapis AVT memberikan saran tentang bagaimana cara menerapkan AVT di rumah. Terapis akan menyakinkan orangtua bahwa setelah menggunakan alat bantu dengar atau implan koklea berarti si anak sudah mendengar. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk berbicara secara natural dengan si anak. Nada suara tidak dibuat-buat, tidak pula dengan suara yang lantang, dan tidak harus dalam ruangan tertutup layaknya terapi AVT. Diharapkan orangtua dapat memasukkan secara bertahap kosa kata penting ini setiap waktu dan di mana saja.
Misalnya, waktu berjalan kaki dari rumah menuju ke taman bermain, orang tua dapat berkata, Jalan-Jalan-Jalan…. Stop! Artinya, sudah 2 auditory memory yang Ayah dan Bunda ajarkan kan? Sewaktu bermain playdough dengan anak dan ketika tangan anak penuh dengan slime, orang tua dapat memberikan penekanan dengan berkata, Iiiihh, kotor. Sewaktu orang tua ke taman dan melihat bunga yang mekar, Bunda memberikan penekanan pada kata Lihat itu! Wah, cantik, artinya sudah 2 kata penekanan sesuai target.
Jadi, mulai sekarang, jadilah orang tua yang cerewet dan usil kepada anak. Beberapa masukan dari kami ialah: (1) Fokus pada 1-5 kosakata yang di target. (2) Ulangi target kata tersebut berpuluh-kali dalam sehari. (3) Lakukan variasi permainan agar anak tidak bosan. (4) Jika anak sudah paham, hafal dan mampu menunjuk/ mengambil kartu/ mengambil mainan/ atau imitasi vokal dari satu sound-object secara konsisten, Bunda dapat tambahkan satu target yang baru untuk mengganti sound-object yang sudah hafal. (5) Lakukan pengulangan untuk sound-object yang sudah dipahami agar anak tidak lupa. (6) Bisa jadi sound-object tidak keluar, misalnya dalam aktivitas jalan-jalan-jalan-lari. Coba Bunda lakukan penjedaan setelah mengucapkan suprasegmental “jalan-jalan-jalannnnn”, jika anak merespon dengan berhenti, maka anak sudah memahami kata “Stop!”, walaupun belum mampu mengucapkannya (kosakata reseptif).
Untuk lebih jelasnya, orang tua memang sebaiknya berkonsultasi dengan seorang Terapis AVT. Setidaknya orang tua melakukan kegiatan AVT bersama Terapis beberapa belas kali sehingga Ayah dan Bunda mendapatkan gambaran mengenai kegiatan AVT untuk nantinya dapat diaplikasikan di rumah.
Sumber:
(1) firstyears.org. Simser, J. Auditory-Verbal Techniques and Hierarchies
(2) auditoryverbaltherapy.net
(3) http://successforkidswithhearingloss.com/ wp-content/uploads/2016/08/ Auditory-Skill-Hierarchy.pdf
(4) http://nanilia.blogspot.com
(5) Pengalaman Terapi AVT di Aurica