Last updated on September 28, 2019
Mereka, Tunarungu yang bisa berbicara verbal, berasal dari keluarga yang terus berusaha dan berupaya agar anak nya mendapat manfaat dari penggunaan alat bantu dengar. Ketika metode intervensi dini (rutin terapi) dikenalkan pada orangtua yang sedang kebingungan dengan penanganan kepada anak gangguan pendengaran, maka timbul rasa tak percaya sekaligus muncul sebuah harapan bagi anak untuk tumbuh dalam masyarakat yang mayoritas berbahasa verbal. Hingga saat ini, banyak orangtua yang masih meragukan prinsip dari terapi mendengar lebih dulu. Padahal prinsip tersebut telah diterapkan sudah lama sekali dan banyak dari mereka yang sudah dewasa. Beberapa diantaranya bersedia tampil ke depan publik untuk memberikan edukasi kepada orangtua muda bahwa ada jalan bagi mereka untuk mengenalkan bahasa verbal kepada anak-anak yang terlahir dengan kelainan pendengaran.
Kami coba ulas secara singkat beberapa anak yang sekarang sudah dewasa dan bersedia menunjukkan keterbatasannya melalui media buku, blogging, dan Youtube. Sumber yang kami sebutkan berasal dari browsing internet ya, sehingga artikel ini pasti banyak kekurangan karena bukan berupa wawancara langsung. Suatu saat, pasti Ayah dan Bunda dapat bertemu mereka karena pada dasarnya salah satu passion dari anak-anak tunarungu yang bisa berbicara verbal ialah berbagi dengan orangtua.
1. Kak Shafa
Kak Shafa adalah seorang anak yang menginspirasi banyak orangtua di seluruh Indonesia. Saat ini, Kak Shafa telah lulus sebagai seorang sarjana kedokteran lho. Hebat bukan?
Ayah dan Bunda dari Kak Shafa selalu mengoptimalkan penggunaan alat bantu dengar sejak kecil. Ketika itu, awal 90-an, teori tentang AVT masih belum mapan, namun beliau telah mengenalkan variasi suara dan bahasa verbal sejak belia. Tentu ada sosok terapis wicara yang menemani perkembangan wicara dari Kak Shafa.
Bunda Khoriyatul selalu mendampingi Kak Shafa ketika ada tantangan komunitas, misalnya ketika ada sedikit kekurangtahuan informasi dari civitas akademik tentang hak disabilitas yang sama seperti orang normal. Pernah masuk ke dalam koran online juga lho. Bunda Khoriyatul menunjukan bahwa orangtua terus menjadi advokat anak selama hal itu dibutuhkan. Sangat menginspirasi, bukan?
Inspirasi tentang orangtua Kak Shafa telah dibukukan ke dalam sebuah novel yang enak untuk dibaca. Novel tentang masa kecil nya dengan judul, Shafa, Saatnya Tunarungu Bicara. Masa kecil seorang anak merupakan hal yang penting untuk ditiru / di-modeling dan dipahami orangtua. Karena masa kecil merupakan masa menumbuhkan motivasi, sedangkan masa remaja merupakan masa merawat semangat.
2. Kak Vazza
Kak Vazza adalah penulis sekaligus vlogger youtube. Ayah dan Bunda wajib subscribe channel youtube nya karena Kak Vazza berbagi banyak hal mengenai teknik penguasaan artikulasi. Tips-tips dari Kak Vazza tentu sangat berguna untuk menambah informasi bagi Ayah dan Bunda.
Beberapa karya novel fiksi karya Kak Vazza yang telah terbit dapat ayah dan bunda cari di toko buku dengan judul Empat Cinta Menatap Opera, Cinta Is Not A Crime, SmaraLove Luna, dan beberapa lainnya. Hebat ya?
Kak Vazza sekarang berdomisili di sekitar Samarinda lho. Ayah dan Bunda harus bergabung ke komunitas yang Kak Vazza ikuti untuk turut berkampanye tentang pentingnya intervensi dini pada anak tunarungu. Di luar Jawa, informasi mengenai rehabilitasi anak masih sangat kecil. Jadi tugas besar ini sedikit banyak merupakan tugas komunitas dan masyarakat pemerhati anak.
Vlog pertama Kak Vazza dapat Bunda tonton pada video dibawah ini. Sekali lagi, jangan lupa like dan subscribe nya.
3. Kak Andiani
Kak Andiani merupakan inspirasi bagi banyak orangtua, terutama yang melakukan terapi di Yayasan Aurica, Surabaya. Kak Andiani telah berprestasi secara akademik sejak kecil. Memiliki kesenangan untuk menulis hingga salah satu artikel masa kecilnya dimuat dalam website Unicef Indonesia dengan judul Susahnya Mencari Sekolah Bagi Mereka. Artikel tersebut bercerita tentang orangtua yang kesulitan mencari sekolah umum yang bersedia menerima anak-anak tunarungu sebagai siswanya.
Kak Andiani bersama Bunda nya, Bu Sinta; dan Bu Elly pada awal tahun 2019 ini memberikan kado berupa buku untuk orangtua yang haus ilmu Terapi Auditory Verbal. Buku berjudul Menggali Kecerdasan Melalui Bermain Aplikasi Auditory Verbal Therapy (AVT) Dalam Permainan sangat layak untuk dimiliki orangtua yang sedang mencari referensi praktis dan panduan terapi dalam bahasa Indonesia.
4. Kak Haydar
Kak Haydar adalah seorang anak tunarungu yang sukses berbahasa verbal melalui implan koklea. Ayah dan Bunda dari Kak Haydar berusaha mencari tahu mengenai intervensi anak dengan gangguan pendengaran sejak usia 2 tahun. Implan koklea pun dilakukan di luar Indonesia karena teknologi pendengaran (implan koklea) belum diadopsi di rumah sakit pada awal tahun 2000-an. Saat ini, Kak Haydar tumbuh sebagai remaja yang bersekolah pesantren setara SMA dan telah hafal sebagian isi Al-Quran secara verbal. Luar biasa, bukan?
Orangtua Kak Haydar sering memberikan motivasi kepada orangtua yang sedang dipersimpangan jalan untuk memilih alat bantu pendengaran secara objektif. Sebuah keputusan besar bagi kebanyakan orangtua yang masih muda. Ada sebuah wawancara eksklusif bersama keluarga Haydar di sebuah stasiun radio di Surabaya. Ayah dan Bunda bisa menyimak wawancara tersebut di youtube.
Tunarungu Yang Bisa Berbicara Verbal
Kami baru bisa cerita sedikit tentang mereka, tunarungu yang bisa berbicara verbal. Sebenarnya, masih banyak remaja dan orang dewasa lain yang berbahasa verbal di luar sana. Jika kami ambil kesimpulan, anak tunarungu membutuhkan orangtua yang bersedia meluangkan tenaga dan pikiran nya belajar AVT di rumah. Para orangtua tersebut memiliki critical thinking yang tinggi sehingga aplikasi AVT dalam kegiatan sehari-hari dapat dilakukan. Jika ayah dan bunda baru mulai belajar AVT, maka kami sarankan untuk FOKUS pada beberapa hal:
1. Pastikan alat pendengaran yang digunakan telah sesuai dengan derajat gangguan pendengaran nya.
2. Catat pengalaman AVT ketika terapi di klinik. Tiap anak memiliki kemampuan kecepatan memahami yang berbeda.
3. Terapkan strategi AVT setiap waktu bersama anak ketika di rumah.
4. Jika mengalami kebimbangan, cari tahu jawabannya hingga tidak ada keraguan. Bisa dengan berselancar di google, atau bertanya ke komunitas orangtua, dokter, hearing acoustician, terapis, dan sebagainya.